Pages

30 January 2008

Gunungsitoliku, Rumahku

CARITAS SIBOLGA, Jumat (26/01/2008) pukul 10.00 WIB, Proyek Gunungsitoli resmi di tutup. Proyek ini dimulai satu tahun silam (1/02/2007). Rumah permanen yang dibangun sebanyak 33 unit dan tersebar di Laraga (10 unit), Lasara Bahili (14 unit) dan Fodo (9 unit). Nilai nominal rumah yang dibangun merupakan yang termahal di seluruh pulau Nias.

Penyerahan rumah secara resmi dihadiri oleh Direktur Caritas Marche dari Italia Don Nello Barboni dan Staffnya, Andrea Piscope. Caritas Marche merupakan sponsor utama proyek ini. Hadir dalam kesempatan itu, President Caritas Keuskupan Sibolga, Mgr. DR. Ludovicus Simanullang, OFMCap. Sedangkan dari Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh Nias diwakili Selamat Telaumbanua.

Caritas dalam misinya percaya bahwa semua manusia harus hidup layak dan sesuai. Tujuan umum dalam proyek ini adalah membangun Nias kembali. Membantu pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi korban gempa bumi. Memperdayakan masyarakat dan membuka lapangan kerja.

Tujuan khusus proyek ini adalah pembangunan 33 rumah permanen. Mendorong masyarakat untuk mengembangkan diri sendiri. Menciptakan sumber daya masyarakat yang produktif. Yang mengenal potensi yang ada di dalam mereka.

“Rumah adalah suatu tanda kekeluargaan. Tanda persaudaraan,” ungkap Pastor Nello dalam kata sambutannya. “Sekarang kalian (penerima bantuan rumah - red)secara bersama-sama membuka jalan. Butuh banyak waktu untuk mengembalikan keadaan seperti semula. “Namun kalianlah tokoh utamanya,” sambung Pastor Nello. Pastor Nello juga mengatakan bahwa masyarakat Nias beruntung mendapatkan rumah. Di Afrika Pastor mencontohkan, banyak orang yang lebih menderita dan tidak seberuntung warga Nias.

Acara serah terima diisi pelbagai atraksi. Warga penerima bantuan mempertontonkan beragam seni dan budaya seperti : puisi, tarian, pencak silat, orkes melayu dan tarian tradisional nias, maena.

Nestor Harefa, manajer proyek Gunungsitoli, dalam sambutannya mengatakan,”proyek ini bekerja dalam melayani”. Banyak kendala dan tantangan selama proyek ini dikerjakan. Namun team proyek berhasil melewatinya.

Dalam kata sambutannya Bapa Uskup menekankan bahwa bantuan yang diberikan bukannya berasal dari orang yang berkelebihan. Semuanya berasal dari rasa kemanusiaan. ”...karna didorong oleh kasih kemanusian ini maka mereka memberi” ungkap Bapa Uskup.

"Demikian halnya dengan kita. Kalau selalu berpegang pada kasih Allah dalam memberi. Ini membuat kita semakin kuat. Mampu untuk mengasihi yang lain. Ini merupakan pengalaman berharga untuk kedepan baik yang positif dan negatif karna semuanya itu membantu kita untuk semakin berkembang,” kata Bapa Uskup mengakhiri sambutannya.*** VLase