
09 December 2008
Workshop Sukarelawan CKS

Hilimbaruzö Project: Mission Impossible
Anda ditugaskan membangun 123 unit rumah di Hilimbaruzö. Letak nya di puncak gunung. Tanpa jalan beraspal dan kendaraan pengangkut. Karena 8,7 kilometer jalan yang tersedia hanya jalan setapak. Harus melintas sungai. Diikuti tanjakan ekstrim. Rawan longsor dan banjir. Satu-satu nya harapan mengangkut material cuma tenaga manusia. Mustahil bukan (?)
HILIMBARUZÖ berarti pohon besar di puncak gunung, itu nama desa di kecamatan Gomo, Nias Selatan (Nisel). Berada 800 meter dari permukaan laut. Sewaktu diguncang gempa bumi pada 29 Maret 2005, desa itu rusak parah. Letak yang terisolir, membuat Hilimbaruzö luput dari perhatian. Tak satupun organisasi kemanusiaan yang mengirim bantuan ke sana.
Tiga tahun lalu Caritas memulai program di Hilimbaruzö. Sebuah program livelihood (peningkatan taraf hidup) melalui proyek rekonstruksi. Program itu meliputi pembukaan jalan, pembangunan rumah dan penyediaan sarana air bersih. Tujuan nya membantu korban gempa dan masyarakat miskin.
Caritas memulai dengan proyek jalan pada Mei 2006. Punggung gunung Olayama dirambas menjadi jalan sepanjang 8.7 km. Tapi proyek ini terhenti karena faktor geologi (tanah). Struktur tanah yang labil, menyebabkan beberapa ruas jalan ambruk. Caritas memutuskan penelitian ulang dengan bantuan Catholic Relief Services (CRS). Ditengah proses penelitian dan persiapan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nisel berinisiatif mengambil alih. Caritas mengalah. Pada Desember 2007, proses pembangunan jalan resmi berpindah dari Caritas kepada Pemkab Nisel.
Proyek dilanjutkan dengan pembangunan rumah. Situasi bertambah sulit, karena jalan yang seharusnya mempermudah distribusi material, urung selesai. Hanya ada jalan tanah berbatu cadas. Belum bisa dilintasi kendaraan. Satu-satu nya peluang tersedia hanya memanfaatkan tenaga manusia. Material harus dipanggul sejauh 12 km. Tapi jelas, ini ide tak lazim.
Caritas memutuskan mendiskusikan ide tak lazim itu dengan masyarakat. Florentino Sarmento, 50 tahun, staff senior CRS yang mendampingi proyek Hilimbaruzö, menjadi ujung-tombak komunikasi. Dia berulang-ulang mengunjungi Hilimbaruzö dan berdialog dengan masyarakat. Masyarakat setuju. Tapi Florentino masih ragu.”Mampukah masyarakat melakukan pekerjaan tersebut?” tulisnya dalam artikel Rekonstruksi dan Rehabilitasi Desa Hilimbaruzö (2008).
Keraguan Florentino terjawab. Pada Agustus 2008, 20 unit rumah untuk fase I, berhasil dibangun. Lebih dari 6000 orang bahu-membahu, memanggul material seberat 124.000 kg (124 ton). Kejadian itu mirip mitologi Jawa tentang Bandung Bondowoso. Raja yang jatuh cinta kepada gadis cantik, Roro Jongrang dan bersedia membangun 1000 candi dalam waktu satu malam.
Tapi Hilimbaruzö bukan mitologi. Tommy Lumbantoruan, 32 tahun, civil enginering (ahli konstruksi) CRS angkat bicara. Dia membuka rahasia dibalik keberhasilan itu. Tommy menyebut dua faktor kunci keberhasilan proyek ini, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi sistem, kerjasama team dan pemilihan metodologi. Dan Faktor eksternal adalah dukungan dan hubungan baik dengan masyarakat.
“Kita membangun rasa kepemilikan (sense of belonging). Proyek ini berhasil bukan karena usaha satu orang, tapi semua orang…,” ungkap Tommy menjelaskan rahasia dibalik solidnya team Hilimbaruzö.
Faktor lain adalah metodologi. Rumah didesain dengan konsep baja ringan (LGS) sehingga bisa cepat dibangun. Setelah pondasi selesai, hanya butuh seminggu, rumah sudah berdiri sempurna.” Per-minggunya kita bisa merealisasikan 10 persen dari progress actual,” imbuh Tommy.
Faktor kedua adalah dukungan dari masyarakat. ”Kita melibatkan fadus, fades (fasilitator dusun, fasilitator desa - red) secara integral dalam proyek kita,”lanjut Tommy. Menurut Tommy, para fasilitator ini menjadi perekat antara masyarakat dengan Caritas. Setiap permasalahan dibicarakan melalui forum rutin, itu yang menyebabkan mobilisasi masa bisa dilakukan secara kolosal.
Saat ini, proyek Hilimbaruzö memasuki fase II. Pembangunan pondasi sudah mencapai 100 persen. Diperkirakan pertengahan Februari 2009, seluruh proyek akan selesai. Artinya, proyek ini lebih cepat empat bulan dari jadwal semula. Dan itu terjadi karena kekuatan partisipasi masyarakat. ***
06 December 2008
Mengutamakan yang lemah dan miskin

Mengutamakan yang mereka yang lemah dan miskin, ini adalah dalil yang dipegang Gereja dalam pelayanannya. Caritas sebagai lembaga sosial Gereja mewujudkan hal ini dalam karya-karyanya, tak terkecuali proyek pembangunan rumah bagi korban gempa. Sampai sekarang semua proyek perumahan yang dijalankan oleh Caritas Sibolga, selalu mengikutkan kaum lemah dan miskin. Selain kriteria korban gempa, Caritas memasukkan juga dalam kriteria untuk menyeleksi calon penerima rumah: janda, duda, yatim-piatu, dan miskin (tinggal dalam gubuk/rumah yang tak layak huni).
Hal ini misalnya telah diterapkan di proyek pembangunan rumah di Desa Hilimbaruzo, Kec. Gomo, Kab. Nias Selatan. Dalam foto nampak seorang penerima rumah yang miskin dan tua menandatangani kontrak pembangunan rumah dengan membubuhkan cap jari.
25 November 2008
Caritas Punya Ciri Khas Sendiri

RAMBUT keriting, kulit hitam manis menjadi ciri khas. Senyum ramah dan tutur bahasa lembut tak pernah lepas dari sosok Pastor Mikael To, Pr, Direktur Caritas Keuskupan Sibolga (CKS). Rabu (12/11) Erix Hutasoit (EH) berkesempatan melakukan wawancara dengan Pastor Mikael (PM). Wawancara menyinggung sejumlah topik. Direktur CKS periode 2008-2013 lugas menjawab. Demikian petikannya.
EH:Sebagai direktur, apa mandat yang diberikan Uskup kepada Pastor ?
PM:Saya diminta untuk melakukan dua hal. Pertama, menyelesaikan proyek yang sudah berlangsung bersama Pastor Raymond. Proyek yang mendapat dukungan dari Caritas Network. Kedua, menata Caritas sehingga mempunyai ciri khas sendiri.
EH: Ciri khas seperti apa ?
PM:Ada dua ciri khas itu. Pertama, soal keberpihakan. Caritas berpihak kepada orang yang miskin. Caritas hadir untuk memberdayakan orang-orang miskin, sehingga mereka bisa berkembang dengan kemampuannya. Kedua, Caritas tidak bisa dipisahkan dari Keuskupan Sibolga. Disanalah ciri khasnya. Caritas harus bekerja secara melekat dengan organisasi-organisasi yang ada di keuskupan. Misalnya untuk peningkatan taraf hidup (livelihood) Caritas telah bekerjasama dengan PSE.
EH:Kenapa harus seperti itu ?
PM:Caritas berbeda dengan NGO (Non Goverment Organization/Lembaga Swadaya Masyarakat) yang saat ini banyak membantu Pulau Nias. NGO-NGO bekerja untuk membangun kembali Pulau Nias. Setelah selesai, beberapa dari NGO itu pergi. Namun Caritas tidak demikian. Caritas akan berada disini selama Keuskupan Sibolga ada.
EH: Untuk ciri pertama, bagaimana Caritas akan melakukannya ?
PM: Di Pulau Nias, ada tiga masalah krusial yang perlu diperhatikan, yaitu : ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Namun perhatian Caritas lebih untuk memberdayakan. Kesehatan misalnya, kita tidak akan membangun rumah sakit atau mendatangkan dokter-dokter yang canggih-canggih. Kita lebih pada membangun komunitas yang mampu menghadapi masalah kesehatan. Kita punya metodologi Community Managed (CM) untuk melakukan itu..
EH:Bagaimana dengan pendidikan ?
PM:Kita juga tidak membangun sekolah-sekolah. Kita akan bekerjasama dengan sekolah dan yayasan yang sudah ada. Kita lebih fokus mendorong kesadaran masyarakat agar menyekolahkan anak-anaknya.Kepada pemerintah, kita mendorong agar menyediakan akses pendidikan yang lebih besar. Itu yang perlu dilakukan...
EH : Untuk ciri khas kedua?
PM:Kita membangun komunikasi yang lebih dekat dengan lembaga-lembaga yang ada di Keuskupan. Seperti program livelihood yang sudah kita mulai dengan PSE
EH:Soal pendanaan?
PM:Caritas tidak mungkin berharap dari donor selamanya. Apalagi setelah masa emergency berlalu. Caritas harus bisa mempunyai sumber pendapatan sendiri. Kita sudah mulai memikirkan itu. Salah satu yang kita lakukan adalah melalui proyek Caritas Centre. Kita berharap fasilitas yang kita bangun kelak, mampu membantu pendanaan Caritas.
EH :Apa mimpi Pastor terhadap Caritas ?
PM :Karena saya memiliki tiga titik perhatian yaitu ekonomi, pendidikan dan kesehatan, saya berharap ketika saya berhenti ditahun 2013. Sekurang-kurang nya Caritas sudah mampu meningkatkan taraf kehidupan sosial di Keuskupan Sibolga.
EH : Jika saya minta angka, berapa besar harapan Pastor?
PM : Kalau bisa, 60 persen lah.. (sambil tertawa).
Menjamin Keberlanjutan Caritas

CARITAS SIBOLGA - Georg Matuschkowitz (Caritas Austria) menyebut Pastor Raymond Laia, OFM. Cap sebagai salah satu orang yang berkontribusi besar untuk CKS. Selama tiga tahun, Pastor Raymond (PR) mengawal program CKS melewati sejumlah tantangan. Kepada Erix Hutasoit (EH), Pastor Raymond bercerita tentang pengalaman itu. Demikian ringkasannya.
EH : Setelah tiga tahun, apa yang sudah dicapai CKS?
PR:Ada dua, Hard (keras) dan Soft (lembut). Secara proyek, apa yang sudah CKS kerjakan itu sudah luar biasa. Seperti proyek ERHAM. Desain nya mendapat pujian internasional. Saat ini proyek Hilimbaruzo. Itu untuk hard nya. Tapi bagi saya, kesuksesan lebih pada segi soft nya. Sumber daya manusia. Dengan tenaga-tenaga biasa kita bisa mencapai level tertentu, itu membuat kita bisa berbicara di forum-forum internasional. Dan itu dimulai dari pengembangan masyarakat yang mau kita jalanani secara kosisten dengan Community Managed (CM) approach.
EH : Yang membuat itu bisa tercapai ?
PR:Itu tergantung strategi kita. Pada awal CKS berdiri, kita merekrut tenaga profesional. Tapi mereka gagal dilapangan. Akhirnya kita merubah strategi, kita tidak merekrut lagi tenaga profesional tapi lebih menekankan pengembangan sumber daya lokal. Kita berhasil dengan itu.
EH: Tantangan terberat CKS?
PR:Semua adalah tantangan. Misalnya logistik. Apa yang kita pahami soal logistik? Ternyata itu bidang yang sangat rumit, termasuk proses pengaturan barang (distribusi), penyimpanan, permintaan dan analisa permintaan. Bayangkan lah, kita pernah membelanjakan uang sebesar satu miliar rupiah dalam beberapa bulan. Bagaimana kita mengelola itu. Contoh lain, ketika kita memindahkan kalsi plank untuk ERHAM, kita tidak bisa memindahkannya dari darat harus dari laut, tapi tidak bisa mendarat di Sirombu. Itu masih contoh logistik..
EH: Soal Leadership?
PR: Saya harus mengakui bahwa gaya kepemimpinan selama ini cukup lunak, jika saya bandingkan dengan organisasi lain. Kita sangat fleksibel dengan mitra-mitra dan staff kita disini.
EH : Apa yang sudah stabil di kantor CKS ini ?
PR:Keuangan sudah ada sistemnya. Tapi masih butuh improvement (peningkatan). Program DRR kita sudah solid, kita sudah sampai fase replikasi.
EH : Soal keberlanjutan ?
PR: Organisasi lain berpikir tentang keberlanjutan selalu soal uang. Menurut saya bukan uang. Tapi pada tiga hal. Yaitu, pertama, memiliki proyek yang berkualitas Kedua, mempunyai SDM yang memadai untuk itu. Ketiga, punya Running System (sistem kerja). Dengan ketiga itu, Patner kita pasti mendukung.
EH:Keinginan pastor yang belum terwujud ?
PR:Keinginan saya yang belum terwujud itu mempunyai proyek berkualitas. Saya khawatir kalau ada proyek kita yang indah diatas kertas tapi tidak pada praktek.
EH: Jika kelak berhenti, perubahan apa yang pastor harapkan?
PR: Justru saya sendang mempersiapkan diri untuk berhenti, akhir 2009 saya berharap sudah pergi. Jaminan untuk itu seperti tiga hal yang saya sebut diatas tadi.
EH : Jadi Pastor ingin memastikan keberlanjutan Caritas ?
PR : Itu persis...
Ringkasan Sambutan Georg Matuschkowitz *)

Ini kali ketiga saya diminta berbicara tentang CKS. Saya melihat perubahan dan kemajuan sejak pertama kali tiba di Nias (2005). Saya masih ingat ketika pertama kali kami ingin bekerja sama di sini. Awalnya kami bekerjasama dengan Keuskupan. Saat itu CKS baru lahir. Kami berpikir bahwa CKS yang baru saja dibentuk, dengan kondisi yang sulit saat itu, tidak mungkin sanggup untuk mengelola dana lebih dari 500 ribu Euro. Tapi kini, CKS membuktikan sanggup mengelola dana yang jauh lebih besar.
Saya salah seorang yang mengikuti perjalanan CKS dari awal. Saya melihat CKS bergerak, selalu melangkah lebih baik, meskipun seringkali dihadang kondisi yang tidak mendukung. CKS yang sekarang, dengan segala proyek yang telah berhasil diselesaikan, dan dengan kantor nya yang baru, bukanlah titik puncak, tetapi merupakan langkah awal untuk berkembang dan semakin maju.
Ini tentunya, tidak lepas hubungan baik antara CKS dengan para donor. Seperti CRS, Caritas Italy yang membantu mengembangkan CKS. Bagi kami di Caritas Austria, ada sedikit perbedaan pandangan dalam konsep kemitraan dalam pelaksanaan proyek, tetapi yang terjadi dengan CKS bukan demikian. Bukan kepentingan siapa yang didahulukan, tetapi komunikasi dan penyamaan persepsi. Ini salah satu inti kekuatan CKS disamping keterbukaan (transparansi), baik dalam membuka kelemahan maupun dalam pelaporan kepada donor.
Walau demikian, ini semua hasil kerja keras dan kebersamaan semua orang yang ada di CKS. Tetapi izinkan saya memberikan penghargaan khusus kepada beberapa orang. Salah satu nya kepada Pastor Raymond. Tanpa perjuangan beliau, semua yang kita lihat sekarang, tidak akan ada. Kemudian kepada Pastor Rantinus yang sejak awal memberikan dukungan dan mengajak kami untuk berkarya di Nias ini, dan juga kepada Pastor Barnabas, yang saat itu menjabat sebagai Administrator Keuskupan yang bersemangat berkata, “Mari kita mulai!”
Saya juga ingin mengucapkan selamat datang kepada Pastor Mikael yang baru saja menjabat sebagai Direktur Caritas Sibolga, yang saya yakini akan membawa kemajuan besar untuk Caritas Sibolga, yang mewarisi hasil-hasil kerja keras pendahulu-pendahulunya █
*) Georg Matuschkowitz, Desk Tsunami Officer Caritas Austria.
Tentang Kantor Caritas Sibolga

Semenjak staff CKS pindah ke kantor baru, beragam cerita bermunculan. Mulai dari masalah panas, toilet sampai listrik yang kerap padam. Tiap staff punya cerita masing-masing. Misalnya Irene Zebua, ibu satu putri ini, senang karena kantor CKS sudah berubah. “ …sudah dari beton,” kata Irene. Staff keuangan itu merasa kantor baru lebih aman. Soal faktor kenyamanan, Irene mengeluh. Ruangannya masih terasa panas. ”Kita cuma punya satu jendela,” kata nya sambil tertawa. Di ruang finace, Irene berbagi tempat dengan tiga staff yang lain.
Kresensiana Dachi, logistik officer, membatah keluhan Irene. Kresensiana merasa kantor baru lebih dingin. Menurut Kresensiana, kantor lama pengap, karena kecil dan banyak tumpukan dokumen. Di kantor baru, Kresensiana mendapat ruangan berukuran 4x6 meter. Di ruang itu hanya ada Kresensiana dan Oktavianus. ”Disini lebih nyaman,” kata Kresensiana sambil duduk di tepi dua jendela besar.
Yunita Sembiring, sekretaris menyenangi kantor baru. Semenjak pindah, dia merasa lebih nyaman duduk di front office. .” ...(ini) lebih layak disebut kantor,” ungkap Yunita yang selalu tampil cantik itu.
Hal berbeda dinyatakan Oktavianus dan Marina. Keduanya bertanggung-jawab mengurusi perlengkapan dan kebersihan kantor. Bagi Marina, kantor lama lebih kecil sehingga lebih cepat dibersihkan. Lantai semen tidak menyiratkan kesan cepat kotor, berbeda dengan kantor baru, lantai keramik yang dipasang lebih cepat kelihatan kotor. Sedangkan Oktavianus harus keluar extra tenaga meng-cover kantor yang lebih luas.” ...harus lari-lari sana sini,” imbuh Oktavianus.
Soal kinerja, Irene, Kresesiana, Yunita, Marina dan Oktavinus punya pendapat yang sama. Mereka tetap semangat bekerja walau banyak perubahan di kantor baru. ”Kita dari dulu tetap semangat kok,” kata Irene.█
Perayaan Tiga Tahun Pengabdian CKS di Pulau Nias

Bandul waktu menunjukkan pukul 10.00 wib. Uskup Sibolga, Mgr. Ludovicus Simanullang, OFM. Cap, belum tiba. Senin (20/10) kapal cepat yang ditumpangi Uskup dihadang badai, akhirnya kapal kembali ke Sibolga.
Rencana berubah. Pastor Barnabas Winkler, OFM. Cap, memimpin pemberkatan kantor. Direktur Caritas, Pastor Mikael To, Pr ikut menemani. Asisten I Bupati Nias, Samson Laoli didaulat membuka kunci pintu utama, setelah itu kepala tukang, Ama Ive Zai menyerahkan replika kunci kepada Pastor Barnabas. ”Semoga Caritas akan semakin lebih banyak lagi melakukan karya sosial,” pesan Pastor Barbanas ketika menyerahkan kembali replika kunci itu kepada Direktur CKS.
Setelah semua ruangan diberkati dengan air kudus. Acara dilanjutkan dengan tour guide. Satu per satu departemen disambangi sambil disuguhi pelbagai penjelasan.
Pendulum waktu bergerak ke angka 12 ketika Uskup Sibolga tiba. Acara berpindah memasuki sesi kata sambutan. Georg Matuschkowitz Tsunami Desk Officer Caritas Austria, mewakili para donor, menyampaikan pujian atas segala pencapaian CKS. Georg menyebut kapasitas CKS telah meningkat tajam, bahkan melebihi prediksi para ahli Caritas Austria. Sedangkan Bapa Uskup Sibolga mengucapkan rasa hormat dan terima kasih atas dukungan keluarga Caritas (Caritas Network) kepada CKS.
Acara dilanjutkan dengan pargelaran drama dari Komunitas Pasar Beringin. Tarian Maena menjadi acara penutup dan waktu menujukkan pukul 15.00 wib. Proficiat CKS.***
Workshop Caritas Keuskupan Bergamo (CKB)
CARITAS SIBOLGA - Kamis (6/11) Matteo dan Stefania dari Caritas Italy memfasilitasi workshop dengan tema Caritas dan semangat kerelawanan (volunteer). Workshop dimulai dengan pemaparan aktivitas di Caritas Keuskupan Bergamo (CKB). Sebelum ke Indonesia, Matteo dan Stefania telah bekerja sebagai sukarelawan untuk membantu staff CKB. Setelah itu giliran Asteria Dawolo dan Lylia Mendrofa dari departemen sosial mempresentasikan program culture centre fase I.***
21 November 2008
Rapat Manajemen Caritas Keuskupan Sibolga
Dalam rapat manajemen tahunan ini dibahas topik-topik berikut: konsep skema gaji karyawan post rehabilitasi dan rekonstruksi dan evaluasi kinerja pegawai-pegawai kunci.
20 November 2008
Pembukaan Tahun Yubileum 50 Tahun Prefektur Apostolik/Keuskupan Sibolga
Dalam rangka perayaan ini Uskup menginginkan digelarnya satu tahun persiapan yubileum, yang dibuka resmi tgl 18 Nov 2008 di Paroki St. Maria, Gunung Sitoli. Dalam tahun ini pula dibuat penelitian yang akan menjadi bahan bagi Keuskupan untuk menyusun rencana strategis. Satu tim di bawah pimpinan P. Huber SVD telah mulai bekerja untuk itu sampai September 2009.
Dalam rangka yubileum ini juga digelar Tahun Pertobatan St. Paulus. Dan pembukaannya disatukan dengan pembukaan tahun yubileum yang diisi dengan seminar tentang RasuL Paulus. Dua doktor Kitab Suci, P. Paulus Toni OFMCap dari STFT Siantar dan Rm. Indra dr Yogyakarta
Menyajikan ceramah tentang teologi dan surat-surat St. Paulus.
14 November 2008
Rapat dengan penerima rumah di proyek Moro'o
Proyek ini dimulai bulan Desember 2007 dengan pembangunan rumah contoh di Gunung Baru. Lalu bulan Maret proses implementasi dimulai.
Ternyata banyak di antara penerima rumah yang tidak bergerak. Karena itu sampai Agustus belum terjadi apa-apa. Maka September strategi dibaharui dengan menerapkan sistem cluster.
Strategi ini ternyata membuahkan hasil. Bahkan bulan Oktober satu rumah selesai. Tetapi ada delapan KK yang rupanya tidak begitu bersemangat menyentuh pembangunan rumahnya. Karena itu kemungkinan besar mereka tidak akan bisa menyelesaikan rumah mereka pada bulan Januari 2009.
Tetapi sekali lagi batas akhir ditegaskan kembali. Untuk P. Raymond Laia turut hadir bersama Silvia Holzer dan P. Kosman OSC.
12 November 2008
DRR team accompaniment worskshop through IIRR
Workshop kali ini berlangsung 4 hari dan akan ditutup Kamis sore (13/11) dengan management meeting antara Caritas Sibolga dan IIRR.
03 November 2008
Kedatangan Wolfgang Marschall

Wolfgang sendiri sudah berulang kali berkunjung ke Pulau Nias. Pada tahun 1973-1974, Wolfgang pernah melakukan penelitian tentang tradisi masyarakat Nias Selatan. Dengan bahasa Indonesia yang sudah fasih, Wolfgang juga kerap diundang bekerja untuk pelbagai proyek penelitian di Indonesia. “Saya pernah bekerja di Aceh, “ kata nya.
Untuk proyek ERHAM nanti, Wolfgang akan melakukan penelitian selama dua minggu. Selama kurun waktu itu, Wolfgang akan tinggal di lapangan dan berduskusi dengan warga.“Saya menggunakan metode interview,“ jawab Wolfgang ketika di tanya tentang metodologi yang akan digunanya selama penelitian. ***
31 October 2008
Lanjutan Workshop Barbara

24 October 2008
Rapat Bersama Membahas Proyek Moro’ò

Rapat dimulai pukul 09.30 wib, dan diagendakan feedback dari perutusan donor setelah mengadakan perjalanan dua hari ke proyek, progress update, dan isu-isu yang muncul.
Setelah rapat dengan donor, Caritas Sibolga, Caritas Austria dan ACTED, meneruskan rapat internal untuk membahas masalah-masalah teknis di proyek pembangunan jalan, sekolah, rumah, dan livelihood di Moro'ö.
Habis makan siang, Caritas Sibolga dan Caritas Austria meneruskan rapat membahas proyek-proyek lainnya yang didanai oleh Caritas Austria, dan juga proposal-proposal proyek baru Caritas Sibolga.***
23 October 2008
Pak Flo Mengakhiri Tugas..

CRS memberikan Pak Flo kesempatan untuk berkarya di tanah kelahirannya Timor Leste. Setelah melanglang buana ke banyak tempat, akhirnya Pah Flo kembali ke tanah aslinya.
Pada acara perpisahan itu, sejumlah staff menyatakan rasa kehilangan. "Pak Flo adalah bapak bagi kami," ungkap Ama Icha, supir CKS yang pernah bekerja untuk CRS. Dipenghujung acara perpisahan, seluruh staff CKS menyanyikan lagu kemesraan. Selamat jalan Pak Flo, sukses selalu...***
Peresmian Kantor CKS Sukses...

Acara di mulai dengan pemberkatan gedung baru pada pukul 10.00. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi program Caritas Sibolga dalam tiga tahun terakhir dan rencana untuk tahun-tahun ke depan.
Sesudah itu ada tour guide ke setiap departemen untuk memberi kesempatan kepada para pengunjung melihat proyek-proyek yang sudah dikerjakan CKS. Setelah itu acara dilanjutkan dengan kata-kata sambutan, dan ditutup dengan makan siang bersama dan tarian tradisional Nias, Maena.
Pada kesempatan itu, kaum muda dari komunitas Pasar Beringin mementaskan drama singkat, yang menceritakan pengalaman nyata mereka sebelum dan sesudah menjalankan proses pemberdayaan melalui proyek CMDRR. Teks ditulis oleh Alex Telaumbanua, yang juga sekaligus menjadi sutradara.***
Perpisahan dengan Meilina Perangin-angin

Meilina bergabung dengan Caritas Sibolga pada akhir tahun 2007 sebagai penerjemah. Tetapi ternyata pekerjaan ini tidak begitu menggairahkan bagi dia. Karena itu manajemen menawarkan kepadanya tugas administrasi di proyek livelihood Moro'ö.
Di sana dia bertahan hampir 6 bulan sebelum memutuskan untuk meninggalkan Caritas. Meilina berencana melanjutkan karirnya dibidang pendidikan. "Saya ingin bekerja dengan anak-anak cacat," katanya. Ketika ditanya mau kemana setelah keluar dari CKS. Dia menjawab," Mau refresing ke Thailand dulu." Wah..ikut donk***
18 October 2008
Kitri, Project Manager Livelihood yang baru

Ketika ditanya alasan Kitri bergabung dengan CKS. Dia memberikan
13 October 2008
Berita Caritas di Pelbagai Media Massa
11 October 2008
Persiapan Peresmian Kantor Baru CKS
CARITAS SIBOLGA - Acara peresmian kantor baru tinggal beberapa minggu lagi. Sejumlah staff Caritas Keuskupan Sibolga (CKS), sudah melakukan persiapan, seperti persiapan acara dan fisik. Persiapan fisik meliputi pembangunan panggung. Foto-foto dibawah ini diambil pada hari Jumat (10/09), menujukkan persiapan itu.
***




SOA Final Learning review
Pada learning review yang kedua pada tahun 2007, nampak bahwa koordinasi antar anggota sudah jauh lebih baik. Tetapi satu tema mencuat dan menjadi agenda keluarga Caritas sesudahnya adalah capacity building partner lokal.
Hal ini telah dijalankan secara konsisten dan mulai menampakkan hasil. Cordia Meda, Caritas Sibolga, dan Karina KAS sudah mencapai tahap tertentu untuk bisa dikatakan kurang lebih telah mandiri.
Learning review terbagi dalam 3 bagian. Hari Senin tgl 6.10.08 adalah bagian pertama, yang diadakan di Medan, di mana partner lokal (Karina, Cordia Medan, Caritas Sibolga) mengevaluasi kegiatan 3 tahun terakhir, bertempat di Cordia Center.
Bagian kedua diteruskan di Jakarta tgl 8.10.08 di mana semua anggota baik lokal maupun internasional berefleksi bersama-sama dengan memperhatikan hasil refleksi partner lokal dari hari sebelumnya.
Ada banyak hal yang baik dari kerja sama selama ini di SOA 02/05, yang sangat sayang kalau hilang begitu saja. Salah satunya adalah kerja sama dan koordinasi yang sangat baik dalam jaringan Caritas. Dan faktor yang menentukan dalam hal ini adalah leadership. Awalnya SOA 02/05 seolah kacau. Tetapi setelah Scott dan Anat datang, segalanya menjadi lancar dan menyenangkan untuk semua.
Untuk partner lokal terutama sangat berkesan sikap dialogal dan kemitraan dari para partner internasional. Lokal partner diperlakukan sebagai partner dan bukan hanya mitra yang tidak tahu apa-apa. Caritas Sibolga terutama merasakan hal ini baik dari partner yang tinggal bersama sekantor (Caritas Austria, Caritas Italy, CRS), maupun dari yang lain (Trocaire, Secours catholique, Caritas Jerman).
Pada hari ketiga pandangan diarahkan ke depan. Bagaimana pengalaman yang telah dibuat di lingkungan SOA 02/05 bisa menjadi berguna bagi jejaring Caritas di masa depan. Menjadi jelas bahwa Karinalah yang kini mengambilalih tanggungjawab yang selama ini diemban oleh SOA coordination unit. Akhirnya semua tergantung pada keinginan baik Karina untuk menjadikan pembelajaran SOA 02/05 sebagai bagian dari pengembangan identitas.
Hal ini juga dipertegas lagi dalam rapat regular SOA yang digelar pada hari berikutnya (10.10.08) di tempat yang sama di kantor KWI, Jln. Cut Meutia 10, Jakarta.***
09 October 2008
Bersih-Bersih di Kantor Baru CKS

Rapat Rutin Para Manager dan Officer
CARITAS SIBOLGA – Rabu (8/9) diselenggaran rapat rutin para manager dan officer Caritas Keuskupan Sibolga (CKS) di Gunungsitoli, Pulau Nias. Rapat yang membahas perkembangan setiap program dan persiapan acara peresmian kantor di hadiri oleh Pastor Mikael To, Pr (Direktur), Frans (Proyek Manager Moro`ö), Martinus ( Proyek Manager Hilimbaruzo), Meilina P (Assistan Livelihood Officer), Jason William (Office Manager), Asteria Dawolo (Sosial Officer), Erix Hutasoit (Communication & Advocacy Officer) dan Yunita Sembiring (Admin Secretary). Rapat dimulai pukul 10.00 wib dan berakhir pada pukul 12.30 wib. ***
07 October 2008
Lanjutan Barbara Worskhop

06 October 2008
Pekerjaan Pembangunan Kantor Selesai

Pekerjaan telah dianggap selesai kendati masih ada beberapa pekerjaan yang masih harus dilakukan. Caritas bersyukur bahwa selama masa pembangunan tak ada yang sakit atapun celaka.
Penutupan dilakukan pada saat makan siang, jadi sekalian makan bersama. Kunci diserahkan oleh kepala tukang A. Ive kepada direktur Caritas, P. Mikael To. Turut hadir pada kesempatan ini P. Heinrich, P. Mikael To, dan P. Raymond.***
30 September 2008
Angelina, Staff Baru CKS

Di CKS, Angelina menempati posisi sebagai cashier untuk proyek Hilimbaruzo.
“ Saya ingin (membantu) membangun Nias,” tegas nya.
Selamat datang untuk Angel. ***
Teman Kecil CKS

Theresa menjadi pusat perhatian staff CKS. Setidaknya selama waktu makan siang, staff CKS berebut untuk sekadar mencium dan mengendong teman kecil ini. Ayo siapa mau duluan.. ***
29 September 2008
Kantor CKS Hampir Rampung

26 September 2008
Matteo wawancarai team DRR
CARITAS SIBOLGA – Jumat (26/09) sekitar pukul 10.30 wib, Matteo, staff Caritas
Bagi Matteo, wawancara ini diperuntukan sebagai bahan artikel untuk Majalah Caritas Italy. Selain itu, Matteo ingin mengetahui lebih dalam soal CMDRR. ” I want write some thats more attractive (saya ingin menuliskan sesuatu yang lebih menarik),” kata Matteo kepada Royn dan Aperius. ***
25 September 2008
Lanjutan Worskop Project Design and Project Writing Proposal

Workshop ini merupakan lanjutan dari workshop yang sempat tertunda. Workshop kali ini diikuti oleh Pastor Mikaeol To, Pr (direktur CKS), Matteo dan Steffani (staff Caritas Italy), Erix Hutasoit (Communication and Advocacy Officer), Meilina Perangin-angin (Livelihood Officer), Lilya Mendorva ( Staff Departemen Sosial), Royn Silaen, Aktivitas Sarumaha, Olina Ndruru, Aperius Waruhu (staff Disaster Risk Reduction).***
Lilya, Staff Baru CKS

Sebelumnya di CKS, Lilya pernah bekerja dipelbagai lembaga antara lain di PT. Trimegah Securities dan Mega Central Finance.
Ketika Lilya ditanya motivasinya bekerja di CKS. Lilya menjawab,” (Saya) tertarik untuk terlibat dalam bidang kemasyarakatan khususnya untuk kemajuan SDM di Nias.”
Selamat datang untuk Lilya. ***
23 September 2008
Caritas Perancis Kembali ke Pulau Nias
Pada kesempatan itu Pastor Mikael Toh, Pr, direktur CKS dan Pastor Raymond Laia, OFM. Cap, wakil direktur memprestasikan sejumlah program CKS. Barbara Dettori yang banyak membantu pembenahan manajemen CKS, juga ikut dalam pertemuan itu.
Pada hari Selasa (23/09) kunjungan dilanjutkan dengan field visit (kunjungan lapangan). Proyek yang dikunjungin adalah proyek reconstruction dan livelihood di Moro`o, Kecamatan Togalaoyo.
Sesuai rencana, kedua staff CP tersebut akan kembali ke Medan pada hari Rabu (24/09). ***
21 September 2008
Kunjungan desk officer dari Caritas Italy
Gianluca dan Massimo tinggal di Nias sampai tanggal 17 September. Dia mengambil kesempatan berkenalan dengan direktur baru Caritas Sibolga dan mendapat update tentang perkembangan organisasi Caritas Sibolga.
Dalam kesempatan ini juga Gianluca memberitahu tugas yang baru Barbara Dettori, yang akan pelan-pelan menyerahkan tugasnya kepada Matteo Luigi Amigoni, dan berkonsentrasi pada assessment untuk penemanan dua keuskupan lain di Indonesia dan di Sri Lanka. Dengan demikian Barbara yang selama ini mendedikasikan 60% waktunya untuk Caritas Sibolga tidak akan bisa meneruskan segala pekerjaan yang dia jalankan di Caritas Sibolga.
Gianluca juga mengungkapkan keprihatinan tentang kebersinambungan Caritas Sibolga dan menyarankan kepada Caritas Sibolga untuk secepatnya mengembangkan strategi untuk fund raising. Selain itu beliau juga menyarankan supaya proyek DRR benar-benar terintegrasi dalam program Caritas Sibolga. Proyek capacity building yang dijalankan Caritas Sibolga kepada tim DRR tidak akan menjadi manfaat bagi Caritas Sibolga kalau tim ini justru menjadi kelompok eksklusif. Sebagai donor proyek DRR Caritas Italy mengharapkan bahwa mereka mendukung satu proyek yang memperkuat Caritas Sibolga.***
11 September 2008
Direktur Baru Caritas Keuskupan Sibolga.

01 September 2008
Pembicaraan dengan konsultan Syahamal Saha
Pilihan pertama jatuh kepada Syahamal Saha, konsultan yang telah mulai menemani staff Caritas Sibolga pada proyek percontohan DRR di tiga komunitas. Pada hari Sabtu sore tgl 30 Augustus 2008 P. Raymond Laia, didampingi oleh Barbara Dettori (Caritas Italy) dan Silvia Holzer (Caritas Austria) duduk bersama dengan Saha untuk membicarakan kemungkinan untuk meminta dia menjadi konsultan untuk kedua proyek tsb.
Saha bersedia menjalankan penemanan untuk kedua proyek tsb. tetapi masih harus membuat rencana detail sebelum diteruskan dengan pengikatan perjanjian kerja.
30 August 2008
Serah terima perlengkapan sekolah di Hilizamurugo

CARITAS SIBOLGA - Akhirnya jadi juga. Setelah lama menunggu, pada tgl 29 Agustus 2008 Caritas mengadakan serah terima perlengkapan sekolah bagi guru-guru dan murid SDN Hilizamurugo.
Untuk anak-anak sekolah diberikan pakaian seragam lengkap dengan topi dan sepatu serta jas hujan. Untuk para guru diberikan jas hujan dan untuk sekolah peta, globus, buku-buku pelajaran untuk setiap kelas serta satu set pakaian tarian. Selain itu diberikan juga satu paket buku-buku cerita sebanyak lebih 600 judul.
Selain para murid dan guru SD Hilizamurugo juga diberikan buku-buku pelajaran, pakaian seragam, dan jas hujan kepada para murid dan guru SD Daodaozanuwo.
Acara serah terima ini dihadiri langsung oleh P. Raymond Laia, wakil direktur Caritas Sibolga, serta pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan Kec. Gomo.
28 August 2008
Serah terima 20 rumah di Desa Hilimbaruzö
Proyek Hilimbaruzö adalah salah satu proyek penuh tantangan di Caritas Sibolga. CRS membantu Caritas Sibolga dalam implementasi khususnya dalam hal-hal teknis. Untuk itu CRS menempatkan beberapa staff untuk mendukung Caritas Sibolga: seorang di bagian manajemen (Florentino Sarmento), dan dua di bagian teknis (Joni dan Tommy), dan satu di bagian admin dan logistik (Salim). Sementara itu tim CRS di Meulaboh yang dipimpin langsung oleh Chris Frey dan Ariel Sadural mendukung dengan memonitor kemajuan proyek secara kontinu.
Di Desa Hilimbaruzö Caritas membangun 123 rumah. Tahap pertama sebanyak 31 rumah akan selesai akhir Augustus.



17 August 2008
Proyek Perumahan Hilimbaruzo Dibuka Resmi

CARITAS-SIBOLGA - Setelah perjalanan yang panjang dan berliku akhirnya proyek pembangunan rumah bagi korban gempa dan orang miskin di Desa Hilimbaruzo dimulai. Dalam sebuah upacara sederhana P. Raymond Laia, Wakil Direktur Caritas Sibolga, secara resmi membuka proyek pada tgl 10 Juni 2008.
Dalam menyeleksi calon penerima rumah Caritas Sibolga menerapkan kriteria tersendiri, yang sesuai dengan misinya sebagai lembaga sosial. Kriteria yang diterapkan adalah: 1) korban gempa yang belum mampu membangun kembali rumahnya, 2) janda/duda yang menderita, dan 3) mereka-mereka yang tinggal dalam rumah yang tidak layak huni.
Dalam foto nampak seorang penerima rumah yang sudah tua renta, sedang membubuhkan cap jempol dalam surat kontrak pembangunan rumah dibantu oleh Kepala Desa dan disaksikan oleh P. Raymond Laia. Sebanyak 31 rumah akan dibangun dalam tahap pertama untuk mentest sistem logistik. Setelah sebulan akan diadakan evaluasi internal untuk melihat apakah sistem berjalan atau tidak. Kalau berhasil maka metodologi kerja akan disesuaikan.
05 May 2008
Pelatihan untuk Fasilitator Livelihood

29 April 2008
Georg berkunjung kembali ke Nias
CARITAS SIBOLGA - Desk Officer Caritas Austria, Georg Matuschkowitz kembali datang berkunjung ke Nias selama 4 hari (24 s/d 27 April). Kunjungan kali ini untuk melihat perkembangan proyek Caritas Sibolga yang didanai oleh Caritas Austria.
Kunjungan delegasi Secours catholique (Caritas Perancis)
CARITAS SIBOLGA- Kamis-Sabtu(24-/4) Delegasi dari Secours Catholique (Caritas Perancis) berkunjung ke Caritas Sibolga. Dalam delegasi ini ikut serta: Daniel Vergher, kepala bagian international, Raphael Chenuil, kepala bagian program tsunami, Alexis Adam, perwakilan Secours catholique untuk Indonesia, , dan Jean-Cyril Dagorn, Liaison Officer. Tujuan utama dari kunjungan ini adalah untuk mengunjungi proyek yang didanai oleh Secours Catholique. Mengingat waktu yang singkat, mereka hanya mengunjungi proyek Moro’ö. Secours catholique juga sangat tertarik dengan program DRR, karena itu mereka menyempatkan diri mengunjungi proyek DRR di Sisobamböwö, Amandraya.***
17 April 2008
Alexis Adam ke Caritas Sibolga
